Sebutan sebagai kota jasa dan perdagangan yang dilekatkan pada Kota Surabaya memang bukan tanpa dasar, Surabaya memiliki potensi dan kemampuan memperkuat perekonomian kota melalui sektor perdagangan dan jasa. Pada tahun 2005 kontribusi sektor perdagangan dan jasa mencapai 45% dari total output ekonomi Surabaya. Jika kita amati pertumbuhan sub sektor ekonominya maka pertumbuhan sub sektor perdagangan mencapai 11.64 %, sub sektor komunikasi 11.24 % dan sub sektor sewa bangunan mencapai angka pertumbuhan 20.61 %. Pertumbuhan sub sektor ini tentunya menjadi tanda titik-titik potensi ekonomi Surabaya.
Berdasarkan data SE 2006 BPS, 48.5 % unit usaha di Surabaya adalah non permanen, dengan distribusi skala usaha, 99 % adalah usaha kecil dan mikro. Berdasarkan kategori usaha maka dapat kita lihat bahwa 65.53 % usaha kecil dan 40.64 % usaha mikro bergerak pada sektor perdagangan.
Munculnya berbagai potensi UMKM di bidang kerajinan yang memanfaatkan bahan daur ulang, pemanfaatan bahan baku natural, serta upaya dalam pengembangan produk makanan berbasiskan sayuran dan buah hidroponik menambah kekayaan produksi lokal kota yang mampu memberi warna unik pada kemampuan pengembangan ekonomi.
Ditinjau secara demografi, jumlah penduduk Surabaya, berdasarkan survey BPS tahun 2005 mencapai 2.7 juta jiwa dengan imigran mencapai 32 ribu jiwa. Surabaya dengan 5 wilayah administratif, secara geografis, wilayah padat penduduk ini mustinya memiliki kemampuan saling mendukung dan dengan nilai historis yang ada sepatutnya juga mampu menjadi kekuatan utama kota.
Kesejahteraan penduduk kota Surabaya dapat kita amati dari proporsi pengeluaran rumah tangga dan angka konsumsi dasar. Proporsi pengeluaran rumah tangga non makanan di Kota Surabaya pada tahun 2005 mencapai 60%, angka ini menunjukan bahwa tingkat kehidupan masyarakat semakin baik dengan makin terpenuhinya kebutuhan sekunder dan tersier.
Angka konsumsi dasar penduduk Surabaya dalam Survey Biaya Hidup pada tahun 2007 untuk kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga menunjukan bahwa jasa pendidikan mencapai 71 % dari konsumsi dasar, meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun 2002 yang hanya 52 %. Sedangkan rekreasi hanya mendapat porsi 16 %, dimana pada tahun 2002 mencapai 26 %. Hal ini menunjukkan biaya pendidikan masih menjadi beban utama. Sehingga bertambahnya taman kota dengan dilengkapi sarana mainan anak-anak yang disediakan gratis, mungkin langkah tepat agar keseimbangan ini terjadi.
Namun tingkat capaian pertumbuhan ekonomi, tingginya potensi UMKM, belum tentu dirasakan sama disemua kawasan di Surabaya. Dengan kata lain, masih adakah disparitas yang terjadi. Mari kita amati satu per satu.
Surabaya pusat merupakan wilayah terpadat dengan rata-rata jumlah penduduk di atas 26 ribu jiwa per km2. Kawasan ini masih kental dengan nuansa Surabaya lama (old Surabaya). Kantor pemkot, Tugu pahlawan, kantor pos besar, Bank Indonesia, dan yang menjadi kenangan dalam lagu “Rek Ayo Rek..”, Siola dan kawasan tunjungan. Kawasan ini malam hari menjadi kawasan PKL yang cukup ramai, 28 % PKL di surabaya berada di area ini. Apalagi tahun 2006 – 2008 pemkot Surabaya semakin mempercantik kota dengan air mancur dan taman bunga yang dihiasi lampu taman yang berkelap kelip. Berdasarkan distribusi PKL dalam kelompok makanan dan minuman, 24 % PKL makanan dan minuman di Surabaya ada di wilayah Surabaya Pusat.
Kawasan kedua, yang meruapakan kawasan terpadat kedua setelah Surabaya Pusat adalah Surabaya Selatan. Kawasan ini memiliki jumlah penduduk terbanyak di Surabaya yang mencapai 730 ribu jiwa. Kontribusi sektor jasa mencapai 33 % dari seluruh output ekonomi di surabaya selatan diikuti oleh sektor perdagangan (30%) dan industri (20 %). Surabaya selatan ini menjadi gerbang masuk utama dari arah sidoarjo dan mojokerto. Jumlah kendaraan masuk dari sidoarjo ke Surabaya rata-rata per hari hingga mencapai 10 ribu kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat.
Kawasan ketiga yang merupakan kawasan dengan area terluas adalah wilayah Surabaya Barat yang mencapai 118 Km2. Dengan penduduk hanya mencapai 375 ribu jiwa membuat kawasan ini menjadi kawasan jarang penduduk untuk ukuran Surabaya. Rata-rata tiap km2 dihuni oleh 3 ribu jiwa. Dibandingkan area lain, di Surabaya Barat lapangan usaha pertanian mencapai 6 %. Sedangkan lapangan usaha dominan adalah sektor industri yang mencapai 29 % dan perdagangan 28 %. Kawasan Surabaya Barat merupakan kawasan dengan jumlah PKL kelompok makanan dan minuman paling kecil di Surabaya.
Kawasan keempat adalah kawasan Surabaya Timur. PKL Kelompok makanan dan minuman paling banyak berada di wilayah ini yaitu 30 % dari seluruh PKL di Surabaya. Wilayah ini merupakan wilayah dengan jumlah penduduk tinggi, peringkat kedua setelah Surabaya Pusat. Namun dengan wilayah yang luas mencapai 91 km2, kawasan Surabaya Timur mencapai rata-rata 7.785 jiwa per km2. Penyebaran fasilitas sekolah yang banyak di Surabaya Timur membuat persentase kegiatan utama penduduk kota untuk sekolah tertinggi dibandingkan area lain yaitu mencapai 18 %. Surabaya Timur juga memiliki sarana kesehatan yang lebih lengkap. 44 % apotik, 28 % klinik kesehatan, 29 % optik, 27 % puskesmas dan 33 % praktek dokter berada di Surabaya Timur.
Kawasan ke-lima adalah kawasan Surabaya Utara, kawasan dengan penduduk yang bekerja pada lapangan usaha angkutan dan komunikasi cukup dominan. Kawasan ini merupakan kawasan gerbang keluar masuk Surabaya melalui laut. Selain lapangan usaha angkutan, sektor perdagangan juga tinggi yaitu mencapai 35 % . Dibandingkan wilayah lain, kawasan Surabaya Utara memiliki tingkat kesejahteraan lebih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan angka proporsi pengeluaran untuk non makanan yang hanya 43 %, pendidikan yg ditamatkan pekerja yg belum tamat SD proporsinya mencapai 16.7 % dan yang lulusan akademi / PT hanya 4.64 %.
Dengan kekuatan dan kelemahan yang ada di Surabaya ini, mampukah Surabaya lebih dewasa, tetap menjadi kota pahlawan, kota kenangan. [Unung Istopo]
Sumber :
http://enciety.com/blog/2008/10/29/menatap-surabaya-lebih-dewasa/
29 Oktober 2008