Selasa, 16 Maret 2010

Profil Kota Surabaya




Kota Surabaya adalah ibukota provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya secara geografis terletak antara 0721' Lintang Selatan dan 11236' - 11254' Bujur Timur. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang hampir 3 juta jiwa. Wilayah Kota Surabaya di sebelah utara dan timur berbatasan dengan Selat Madura, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Gresik dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo. Luas wilayah Kota Surabaya 274,06 Km2 yang terbagi menjadi 31 kecamatan dan 163 desa/kelurahan.

Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan perekonomian di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan sehingga jarang ditemukan lahan persawahan. Banyak perusahaan besar yang berkantor pusat di Surabaya, seperti PT Sampoerna Tbk, Maspion, Wing's Group, Unilever, dan PT PAL. Kawasan industri di Surabaya diantaranya Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) dan Margomulyo. Sektor industri pengolahan dan perdagangan yang mencakup juga hotel dan restoran, merupakan kontributor utama kegiatan ekonomi surabaya yang tergabung dalam nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 

Di sektor pariwisata, surabaya memiliki objek wisata alam Kebun Binatang Wonokromo dan Pantai Kenjeran. Kota ini juga mempunyai banyak wisata sejarah dari kenangan Soerabaja Tempo Doeloe , gedung-gedung tua peninggalan zaman belanda dan jepang salah satunya adalah Hotel Oranje atau Yamato. Disamping dianugerahi wisata sejarah, surabaya juga kaya akan wisata belanja. Sebagai kota perdagangan, surabaya memiliki cukup banyak pusat perbelanjaan dan mal.

Kesenian tradisional di Kota Surabaya turnbuh dan berusaha untuk tetap dilestarikan. Bentuk kesenian tradisional kota ini banyak ragamnya. Ada seni tari, seni musik dan seni panggung. Ludruk, Gending Jula Juli Suroboyo, tari Remo, Kentrung, Okol, Seni Ujung, Besutan, upacara Loro Pangkon, tari Lenggang Suroboyo dan tari Hadrah.


Sumber Data:
Jawa Timur Dalam Angka 2007
(01-9-2007)
BPS Propinsi Jawa Timur
Jl. Raya Kendangsari Industri 43-44, Surabaya
Telp (031) 8438873
Fax (031) 8494007


Catatan:

Surabaya meliputi 31 Kecamatan, yaitu :

Surabaya Pusat :

Tegalsari
Simokerto
Genteng
Bubutan


Surabaya Timur :

Gubeng
Gununganyar
Sukolilo
Tambaksari
Mulyorejo
Rungkut
Tenggilis Mejoyo

Surabaya Barat :

Benowo
Pakal
Asemrowo
Sukomanunggal
Tandes
Sambikerep
Lakarsantri  


Surabaya Utara :

Bulak
Kenjeran
Semampir
Pabean Cantikan
Krembangan

Surabaya Selatan :

Wonokromo
Wonocolo
Wiyung
Karangpilang
Jambangan
Gayungan
Dukuh Pakis
Sawahan


Sumber :

http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=3578

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya

Sumber Gambar:

http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Locator_Kecamatan_Lakarsantri_di_Kota_Surabaya.png

http://sisawaktu.wordpress.com/2008/02/26/foto-foto-monumental/sby8/

http://matanews.com/2009/10/16/surabaya-kota-berpolusi-di-asia/




Polusi Surabaya Terburuk di Asia

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur, Dewi J Putriatni, menyebutkan Surabaya menduduki peringkat ketiga kota di kawasan Asia yang memiliki polusi udara tertinggi.

“Surabaya menduduki peringkat ketiga setelah Bangkok dan Jakarta sebagai kota di kawasan Asia yang polusi udaranya paling buruk,” katanya di Surabaya, Jumat.

Ia mengaku prihatin dengan hasil survei yang dilakukan lembaga lingkungan hidup di Asia itu karena Surabaya merupakan kota yang hampir setiap tahun mendapatkan anugerah Adipura dari Departemen Lingkungan Hidup.

“Tentu ini sebuah ironi, Kota Surabaya yang hampir setiap tahun mampu menggondol Adipura, tapi malah menjadi kota dengan pencemaran udara terburuk,” katanya.

Apalagi pada 2009 dari 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, sebanyak 25 di antaranya telah mendapatkan Aipura yang penyerahan pialanya dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

“Kami mendesak kepada Departemen Lingkungan Hidup untuk membenahi sistem penilaian dan penjurian Adipura,” katanya.

Menurut Dewi, selama ini penilaian Adipura hanya difokuskan pada masalah kebersihan kota, termasuk sistem pembuangan sampah.

“Ke depan, jangan hanya variabel itu saja. Tapi kualitas udara di sebuah kota juga harus dimasukkan dalam kriteria penilaian,” katanya.

Ia juga meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk memperhatikan masalah polusi udara yang dianggapnya sangat mengganggu kesehatan masyarakat. (*an/ham)


Sumber :

http://matanews.com/2009/10/16/surabaya-kota-berpolusi-di-asia/

16 Oktober 2009



Kota Surabaya

Kota Surabaya adalah ibukota Propinsi Jawa Timur. Dua sektor ekonomi utama Kota Surabaya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor industri pengolahan. Kedua sektor ini memberi kontribusi dominan lebih dari 65 persen dalam total nilai PDRB.

Sebagai kota pusat niaga dan industri di Jawa Timur, pengembangan klaster di Kota Surabaya lebih diarahkan pada penyediaan sistem jaringan distribusi untuk memenuhi arus masuk dan keluar barang dan jasa di Propinsi Jawa Timur. Untuk maksud itu, misalnya perlu diperhatikan pola sebaran kawasan niaga di kota ini. Keseluruhan jumlah pasar di Kota Surabaya tersebar di lima wilayah kota.

Pada setiap wilayah kota, pasar terkonsentrasi di beberapa kecamatan sebagai pusat niaga di wilayah tersebut. Pasar di wilayah Surabaya Pusat terkonsentrasi di Tegalsari (7) dan Genteng (8), wilayah Surabaya Utara di Pabean Cantikan (8) dan Krembangan (4), wilayah Surabaya Timur terkonsentrasi di Tambaksari (6) dan Gubeng (5), wilayah Surabaya Selatan di Sawahan (5) dan Wonokromo (6), wilayah Surabaya Barat di Kecamatan Tandes (5).

Kawasan yang menyediakan fasilitas hotel dan akomodasi juga tersebar di lima wilayah kota di beberapa kecamatan berikut. Keberadaan hotel di wilayah Surabaya Pusat terkonsentrasi di Kecamatan Tegalsari (24) dan Genteng (19), wilayah Surabaya Utara terpusat di Pabean Cantikan (14) dan Semampir (5), wilayah Surabaya Timur di Kecamatan Gubeng (12), wilayah Surabaya Selatan di Sawahan (11) dan Wonokromo (8). Sedangkan wilayah Surabaya Barat tidak diarahkan menjadi kawasan yang menyediakan hotel dan akomodasi.

Sektor industri pengolahan mencakup industri besar dan sedang. Kawasan yang menjadi sentra industri besar untuk wilayah Surabaya Pusat adalah Kecamatan Bubutan (5), industri besar di wilayah Surabaya Utara terdapat di Kecamatan Pabean Cantikan (18) dan Semampir (9), wilayah Surabaya Timur di Sukolilo (28) dan Gubeng (11), untuk wilayah Surabaya Selatan di Wonokromo (11) dan Karangpilang (7), di wilayah Surabaya Barat terkonsentrasi di tiga kecamatan yaitu Asemrowo (20), Tandes (16), dan Lakarsantri (16). Kawasan industri sedang untuk wilayah Surabaya Pusat berada di Kecamatan Simokerto (15) dan Bubutan (12), wilayah Surabaya Utara di Kenjeran (42) dan Pabean Cantikan (28), wilayah Surabaya Timur di Tambaksari (36) dan Sukolilo (16), wilayah Surabaya Selatan di Sawahan (22) dan Karangpilang (13), dan wilayah Surabaya Barat berada di tiga kecamatan yaitu Asemrowo (38), Lakarsantri (18), dan Sukomanunggal (17).


Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Surabaya


Senin, 30 November 2009

Kota Surabaya


Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah.

Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya (buaya).

Meskipun Jawa adalah suku mayoritas (83,68%), tetapi Surabaya juga menjadi tempat tinggal berbagai suku bangsa di Indonesia, termasuk suku Madura (7,5%), Tionghoa (7,25%), Arab (2,04%), dan sisanya merupakan suku bangsa lain atau warga asing.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya

Sumber Gambar:
http://blogsurabaya.files.wordpress.com/2007/08/surabaya.jpg

Peta Surabaya


View Larger Map

Menolak Surabaya Menjadi Jakarta Kedua

Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia bukan tidak mungkin akan menjadi Jakarta kedua dengan kompleksitas permasalahan yang tinggi. Perencanaan pembangunan yang tak ramah lingkungan dan terkesan amburadul bahkan semrawut menghasilkan kemacetan, kekumuhan, keruwetan yang pada prosesnya menghasilkan kebijakan tambal sulam dan tumpang tindih. Kesemuanya berujung pada kerawanan sosial yang berpotensi melahirkan psikologis sosial masyarakat yang sakit.

Surabaya sebagai pusat ekonomi Indonesia bagian timur melalui pemerintah kotanya mencanangkan ekonomi sebagai ujung tombak dengan titik berat di sektor perdagangan, industri dan jasa. Diterima atau tidak, hal ini berimplikasi besar pada pertumbuhan penduduk Surabaya, migrasi besar-besaran dari daerah sekitarnya seperti mimpi desa yang mengagungkan Jakarta sebagai sarana meraih mimpi kesejahteraan ekonomi.

Sebelum jauh melangkah, sebenarnya tema ini terlalu besar untuk tulisan sependek ini, karena itu butuh pembahasan yang berkesinambungan dari segala sisi dalam memotret Surabaya agar tidak menjadi Jakarta kedua.

Sebagai gambaran, pada tayangan news.com, di Metro TV yang lupa edisi tayangnya kapan, menyoal Jakarta yang gencar melakukan razia KTP yang menurut pengakuan PEMDA DKI merupakan pemeriksaan reguler untuk pendatang dari luar Jakarta yang meningkat drastis setiap usai lebaran. Salah satu panelis, yang juga lupa namanya, menyatakan bahwa Jakarta terlalu serakah untuk sekedar meredistribusi rejeki ke daerah atau kota lain dan itu menjadikannya magnet terbesar bagi para pendatang untuk menyerbu Jakarta. Sekedar diketahui, peredaran uang di Indonesia 60% berada di Jakarta, sisanya dibagi ke seluruh wilayah Indonesia. Iklim ekonomi yang tidak sehat menurut para pakar ekonomi.

Daya tarik magnet yang luar biasa inilah yang perlu mendapat perhatian serius. Mengapa? Bisa jadi ketika wacana pemisahan pusat ekonomi dengan pusat pemerintahan direalisasi, Surabaya bukan tidak mungkin menjadi pilihan yang paling realistis. Berkiblat ke Amerika yang selama ini menjadi acuan primer, pusat pemerintahan berada di Washington D.C., kota yang relatif sepi dibandingkan dengan pusat ekonomi seperti New York. Mengapa dipisah? Sepatutnya dipisah karena menghindari seminimal mungkin kepentingan ekonomi mempengaruhi keputusan politik. Kenyataan yang terjadi di Indonesia menunjukkan dengan gamblang bagaimana produk-produk dan keputusan politik, hukum dibuat karena intervensi kepentingan ekonomi yang demikian dominan.

Apa relevansinya dengan Surabaya? Tak bisa dipungkiri, Surabaya merupakan pusat ekonomi kedua, terutama untuk wilayah Indonesia bagian Timur. Tanpa wacana pemisahan di atas saja, Surabaya sudah memiliki kompleksitas masalah yang mendekati Jakarta, terlebih jika wacana tersebut terjadi, dan Surabaya menjadi pusat ekonomi utama di Indonesia, bisa dibayangkan bagaimana keadaan Surabaya.

Untuk menghindari Surabaya menjadi Jakarta kedua, sebaiknya Surabaya segera berbenah, target-target pembangunan yang dititikberatkan pada sektor perdagangan, industri dan jasa jangan sampai mengabaikan tata kota dan lingkungan, tak mengorbankan kesejahteraan dan kenyamanan warga untuk pencapaian target angka-angka pertumbuhan ekonomi daerah. Surabaya harus lebih arif dalam meredistribusi rejeki ke daerah-daerah lain agar tidak menjadi magnet bagi para pendatang. Pemerintah daerah tingkat I harus lebih proaktif menggali potensi daerah-daerah yang layak dijadikan kantong ekonomi baru untuk menggiatkan ekonomi di daerah juga untuk menghambat arus urbanisasi.

Bukankah UUD mengamanatkan setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak? Mari dengan arif meredistribusi rejeki.

Sumber :
Gempur
http://tugupahlawan.com/247/menolak-surabaya-menjadi-jakarta-kedua/

Menatap Surabaya Lebih Dewasa

Sebutan sebagai kota jasa dan perdagangan yang dilekatkan pada Kota Surabaya memang bukan tanpa dasar, Surabaya memiliki potensi dan kemampuan memperkuat perekonomian kota melalui sektor perdagangan dan jasa. Pada tahun 2005 kontribusi sektor perdagangan dan jasa mencapai 45% dari total output ekonomi Surabaya. Jika kita amati pertumbuhan sub sektor ekonominya maka pertumbuhan sub sektor perdagangan mencapai 11.64 %, sub sektor komunikasi 11.24 % dan sub sektor sewa bangunan mencapai angka pertumbuhan 20.61 %. Pertumbuhan sub sektor ini tentunya menjadi tanda titik-titik potensi ekonomi Surabaya.

Berdasarkan data SE 2006 BPS, 48.5 % unit usaha di Surabaya adalah non permanen, dengan distribusi skala usaha, 99 % adalah usaha kecil dan mikro. Berdasarkan kategori usaha maka dapat kita lihat bahwa 65.53 % usaha kecil dan 40.64 % usaha mikro bergerak pada sektor perdagangan.

Munculnya berbagai potensi UMKM di bidang kerajinan yang memanfaatkan bahan daur ulang, pemanfaatan bahan baku natural, serta upaya dalam pengembangan produk makanan berbasiskan sayuran dan buah hidroponik menambah kekayaan produksi lokal kota yang mampu memberi warna unik pada kemampuan pengembangan ekonomi.

Ditinjau secara demografi, jumlah penduduk Surabaya, berdasarkan survey BPS tahun 2005 mencapai 2.7 juta jiwa dengan imigran mencapai 32 ribu jiwa. Surabaya dengan 5 wilayah administratif, secara geografis, wilayah padat penduduk ini mustinya memiliki kemampuan saling mendukung dan dengan nilai historis yang ada sepatutnya juga mampu menjadi kekuatan utama kota.

Kesejahteraan penduduk kota Surabaya dapat kita amati dari proporsi pengeluaran rumah tangga dan angka konsumsi dasar. Proporsi pengeluaran rumah tangga non makanan di Kota Surabaya pada tahun 2005 mencapai 60%, angka ini menunjukan bahwa tingkat kehidupan masyarakat semakin baik dengan makin terpenuhinya kebutuhan sekunder dan tersier.

Angka konsumsi dasar penduduk Surabaya dalam Survey Biaya Hidup pada tahun 2007 untuk kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga menunjukan bahwa jasa pendidikan mencapai 71 % dari konsumsi dasar, meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun 2002 yang hanya 52 %. Sedangkan rekreasi hanya mendapat porsi 16 %, dimana pada tahun 2002 mencapai 26 %. Hal ini menunjukkan biaya pendidikan masih menjadi beban utama. Sehingga bertambahnya taman kota dengan dilengkapi sarana mainan anak-anak yang disediakan gratis, mungkin langkah tepat agar keseimbangan ini terjadi.
Namun tingkat capaian pertumbuhan ekonomi, tingginya potensi UMKM, belum tentu dirasakan sama disemua kawasan di Surabaya. Dengan kata lain, masih adakah disparitas yang terjadi. Mari kita amati satu per satu.

Surabaya pusat merupakan wilayah terpadat dengan rata-rata jumlah penduduk di atas 26 ribu jiwa per km2. Kawasan ini masih kental dengan nuansa Surabaya lama (old Surabaya). Kantor pemkot, Tugu pahlawan, kantor pos besar, Bank Indonesia, dan yang menjadi kenangan dalam lagu “Rek Ayo Rek..”, Siola dan kawasan tunjungan. Kawasan ini malam hari menjadi kawasan PKL yang cukup ramai, 28 % PKL di surabaya berada di area ini. Apalagi tahun 2006 – 2008 pemkot Surabaya semakin mempercantik kota dengan air mancur dan taman bunga yang dihiasi lampu taman yang berkelap kelip. Berdasarkan distribusi PKL dalam kelompok makanan dan minuman, 24 % PKL makanan dan minuman di Surabaya ada di wilayah Surabaya Pusat.

Kawasan kedua, yang meruapakan kawasan terpadat kedua setelah Surabaya Pusat adalah Surabaya Selatan. Kawasan ini memiliki jumlah penduduk terbanyak di Surabaya yang mencapai 730 ribu jiwa. Kontribusi sektor jasa mencapai 33 % dari seluruh output ekonomi di surabaya selatan diikuti oleh sektor perdagangan (30%) dan industri (20 %). Surabaya selatan ini menjadi gerbang masuk utama dari arah sidoarjo dan mojokerto. Jumlah kendaraan masuk dari sidoarjo ke Surabaya rata-rata per hari hingga mencapai 10 ribu kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat.

Kawasan ketiga yang merupakan kawasan dengan area terluas adalah wilayah Surabaya Barat yang mencapai 118 Km2. Dengan penduduk hanya mencapai 375 ribu jiwa membuat kawasan ini menjadi kawasan jarang penduduk untuk ukuran Surabaya. Rata-rata tiap km2 dihuni oleh 3 ribu jiwa. Dibandingkan area lain, di Surabaya Barat lapangan usaha pertanian mencapai 6 %. Sedangkan lapangan usaha dominan adalah sektor industri yang mencapai 29 % dan perdagangan 28 %. Kawasan Surabaya Barat merupakan kawasan dengan jumlah PKL kelompok makanan dan minuman paling kecil di Surabaya.

Kawasan keempat adalah kawasan Surabaya Timur. PKL Kelompok makanan dan minuman paling banyak berada di wilayah ini yaitu 30 % dari seluruh PKL di Surabaya. Wilayah ini merupakan wilayah dengan jumlah penduduk tinggi, peringkat kedua setelah Surabaya Pusat. Namun dengan wilayah yang luas mencapai 91 km2, kawasan Surabaya Timur mencapai rata-rata 7.785 jiwa per km2. Penyebaran fasilitas sekolah yang banyak di Surabaya Timur membuat persentase kegiatan utama penduduk kota untuk sekolah tertinggi dibandingkan area lain yaitu mencapai 18 %. Surabaya Timur juga memiliki sarana kesehatan yang lebih lengkap. 44 % apotik, 28 % klinik kesehatan, 29 % optik, 27 % puskesmas dan 33 % praktek dokter berada di Surabaya Timur.

Kawasan ke-lima adalah kawasan Surabaya Utara, kawasan dengan penduduk yang bekerja pada lapangan usaha angkutan dan komunikasi cukup dominan. Kawasan ini merupakan kawasan gerbang keluar masuk Surabaya melalui laut. Selain lapangan usaha angkutan, sektor perdagangan juga tinggi yaitu mencapai 35 % . Dibandingkan wilayah lain, kawasan Surabaya Utara memiliki tingkat kesejahteraan lebih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan angka proporsi pengeluaran untuk non makanan yang hanya 43 %, pendidikan yg ditamatkan pekerja yg belum tamat SD proporsinya mencapai 16.7 % dan yang lulusan akademi / PT hanya 4.64 %.

Dengan kekuatan dan kelemahan yang ada di Surabaya ini, mampukah Surabaya lebih dewasa, tetap menjadi kota pahlawan, kota kenangan. [Unung Istopo]

Sumber :
http://enciety.com/blog/2008/10/29/menatap-surabaya-lebih-dewasa/
29 Oktober 2008