Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya memiliki peranan penting dalam pariwisata RI, khususnya menyambut Visit Indonesia Year 2008. Upaya promosi di dalam dan luar negeri maupun perhelatan even dan atraksi pariwisata secara regular mulai gencar diadakan, terutama sejak terbentuknya Surabaya Tourism Promotion Board (STPB) akhir 2005.
Namun, beberapa obyek wisata masih tampak kotor, tidak terawat dan melakukan promosi asal-asalan. Memang setiap akhir pekan ataupun liburan, atempat-tempat wisata seperti Kenjeran, Kebun Binatang Surabaya, THR ataupun Monkasel dijubeli banyak pengunjung. Namun kebanyakan dari mereka adalah wisatawan domestik (wisdom). Jarang dijumpai wisatawan mancanegara (wisman) ada di tempat-tempat tersebut. Warga Surabaya sendiri jarang menjumpai wisatawan asing berjalan-jalan di jalan protokol di kota Surabaya, seperti halnya yang terjadi di Bali atau Yogya.
Sejauh ini, di Surabaya sudah ada banyak pengusaha yang bergerak di sektor pariwisata. Namun kebanyakan bergerak di bidang biro perjalanan wisata (BPW), travel agent, hotel dan restauran. Eksistensi mereka hanya berfokus untuk melayani keperluan wisatawan yang datang, wisman maupun wisdom, dan tidak menciptakan atraksi baru. Dampaknya, keberadaan wisatawan di Surabaya hanya dinikmati oleh sekelompok golongan tertentu. Masyarakat Surabaya secara umum tidak bisa merasakan dampak ekonomi secara langsung.
Penyebabnya antara lain, pertama, kurangnya variasi produk. Dengan kondisi potensi wisata alam dan budaya yang selama ini dimiliki Surabaya, tidak banyak pelaku pariwisata yang mampu membuat paket-paket tour yang menjual aset wisata kota Surabaya. Paket city tour yang seringkali dijual oleh BPW hanyalah mengunjungi tempat-tempat wisata di Surabaya tanpa memberi makna lebih di balik perjalanan itu, misalnya dengan memakai tema-tema dalam paketnya.
Sebagai perbandingan kota Melbourne, Australia, misalnya. Kota yang luasnya lebih kecil dari Surabaya itu, di dalamnya ada banyak paket wisata yang menjual kota dengan menggunakan tema yang beragam, seperti shopping tour, ghost tour (wisata hantu-hantu di malam hari), heritage tour (mengunjungi bangunan-bangunan tua), culinary tour (berkunjung ke tempat-tempat makan favorit), night life tour (melihat kota di malam hari) seperti berkunjung di Kebun Binatang atau Museum di malam hari, river tour (wisata sungai), museum tour, suburban tour (wisata ke kawasan-kawasan hunian yang unik), dan masih banyak paket tour lainnya. Uniknya satu tema tour bisa dilayani lebih dari 1 tour operator, sehingga kualitas layanan bisa bersaing dan mutunya terjamin
Di Surabaya, ada banyak hal yang bisa digali untuk membuat paket city tour. Surabaya utara dengan kekhasan bangunan tua, Pecinan, kampung Bubutan dan kampung Arab, bisa dijual dengan paket wisata budaya. Surabaya utara juga memiliki potensi khas dengan adanya pelabuhan tradisional Kalimas. Pengemasan Sungai Kalimas sebagai aset wisata kota Surabaya juga menjadi agenda yang mendesak. Sementara itu, keberadaan pusat-pusat perbelanjaan modern, menjadi pendukung paket wisata belanja. Berdasarkan pengamatan, selama ini kebanyakan paket yang dijual BPW adalah golf dan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition). Memang tidak ada salahnya dengan wisata golf dan MICE. Namun dampak secara langsung bagi masyarakat umum sangatlah kecil, bahkan mungkin tidak ada.
Sumber :
Agoes.tinus
http://www.ciputra.org/node/92/pariwisata-surabaya-dan-entrepreneurship.htm
18 April 2008
Senin, 30 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar